Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Hidden messages

Dear stranger, I’ve been growing up along the way of regrets   Either promise of million years ends to an eternity   The great scientist turned this magnificent stubborn into ignorant   Oh dear, consequences is worth of cheap tightrope   The smell of secret sins of a great sinner   Hymns to free my dirty own will   Liar who miserably spoke about the truth   I ain’t freer than anyone else, but stay still in reverse Dear stranger, I left behind my entire burden and all my agony   I take a chance to speak the truth,   My only chance to tell that I was wrong to something that I used to love   Something you may forgive, or even something you must forget   Scratch the wall beyond the past, even if a year to come pass us

Lies

What’s on my mind? Tons of thoughts beneath my fear Tons of words remain unspoken Sad to be true, I’ve never talked to anyone else The words rotten down to the core Ever since none of them hear Lies and lies underneath the smiles The truth remain in silence The voices I made, nothing but rough The words you gave, nothing but harm Plays the bullets inside my mind, flew away carried the pains Way to cross the lines of doubters

Buntut Rindu

Buntut Rindu, Buntut dari simpang perihal kerinduan Jauh mata memandang terlintas kepulangan Melintas menitikan air mata bergantung senyuman Menyisir tanda tanya melewati pertemuan Wahai engkau wanita muda di sebelah sana Mata dan lidahmu bermandikan nostalgia Rindu melekat terhapuskan keramahan Rindu tertahan kini berbuih kebahagiaan Engkau terlahir bijaksana wahai wanita muda Menghapus kerinduan untuk meninggalkan kerinduan baru Belenggu rasa akan tiba ketika engkau melupa Balada wanita muda si perindu, jenuh mulai merindu

Kotoran

Kotoran, Begitulah kalimat sumpah serapah yang kau ucapkan Meratapi diri sirnakan isyarat kehidupan Tajuk penyesalan mengiringi harapan Tuhan Menggelora menghempas alunan pesakitan Do’a yang senantiasi ku kirim kan kepada Tuhan Sebagai isyarat akan suci jalan Tuhan Melingkar dan mengikat setiap sudut lautan Merenggut jiwa bersama kedustaan Masih engkau meraungkan kalimat sumpah serapah kebenaran Engkau lupakan kotoran – kotoran atas nama keyakinan Coba sejenak engkau renungkan perihal kicauan Menelusuk merakit iman dan faham

Catatan Hati Seorang Interisti

Catatan Hati Seorang Interisti, August, 20 2016 to May, 11 2017 Musim ini, musim 2016/2017 adalah salah satu musim terberat yang penulis pernah alami selama menjadi seorang pecinta sepak bola. Musim ini juga terasa jauh berbeda dengan ekspektasi penulis, musim 2015/2016 yang berakhir duduk di peringkat 4 seakan menjadi isyarat kembali nya kemegahan Inter ke level yang semestisnya, namun sekali lagi masih jauh dari harapan. Entah, mungkin saat itu penulis menilai sesuatu terlalu objektif sehingga melupakan aspek lain dalam sebuah tim sepak bola. Jauh sebelum musim ini bergulir, isu - isu tentang akuisisi Suning Group terhadap saham major Erik Thohir berkembang di media. Isu tersebut terealisasi setelah Inter melalui laman resminya mengkonfirmasi perihal tersebut, tentu Pro dan Kontra tentang akuisisi tersebut berkembang beberapa saat kemudian. Penulis sendiri menanggapi hal tersebut dengan sedikit kagok atau kaget karena penjualan saham Erik Thohir ini terkesan mendadak, akan tet

Mula - Mula Puisi (Rhyme)

Mula - mula puisi, Aku, bukan!Tapi ingin ku, ingin ku tak banyak Sekedar ingin tau bagaimana kau menulis puisi Apakah saat kau sedang terdesak? Ataukah mungkin, engkau hanya menulis sesuai keinginan hati? Aku menulis puisi, bukan! Aku menulis pikiran ku Aku mengawali tulisanku dengan baris pertama paling atas Judul, tentu tidak! Itu bagian terakhir dari tulisanku Jika tak kutemukan   baris pertama, kertas tetaplah kertas Kali ini aku! aku ingin tau makna puisi – puisi patah hatimu Aku terkesan dengan kata – kata cinta dan do’a Aku ingin sekali menyebutnya sebagai mahakarya mu Engkau pria muda bijaksana dan bersahaja Sesungguhnya ku ikat erat sebaris tulisan bersama jiwaku, Sama sekali aku tak menghiraukan makna dari tulisanku Aku sekedar menulis, pinta pikiran ku tanpa malu Aku menulis meski pun masih sedikit ragu dan lugu

Idealisme

Idealisme   Yang mana dari sekian banyak ini yang engkau jumpai,   Seorang suami yang beriman dalam keluarga damai sejahtera   Seorang suami yang keras dan ringan tangan   Seorang suami yang berhati lembut dan berakhir menjadi budak istri   Seorang suami yang tak setia dan tak mampu menjaga keutuhan keluarga Seorang suami pekerja keras untuk kehidupan keluarga      Yang mana dari sekian banyak yang sering engkau jumpai,   Seorang istri yang memijak kepala suaminya sendiri   Seorang istri yang selalu bersyukur dan apa adanya   Seorang istri yang cinta dan mengerti akan keluarga   Seorang istri yang gila harta duniawi Seorang istri pekerja keras untuk kehidupan keluarga     Yang mana dari sekian banyak yang sering engkau jumpai   Seorang ibu yang mengabaikan seorang anak demi pekerjaan   Seorang ibu yang peduli akan eksistensi dunia maya   Seorang ibu yang peduli akan kebutuhan keluarga   Seorang ibu yang merasa tidak cukup atas apa yang diterima  

Kencan Kilat (Rhyme)

Memang,   Tak terdengar kah olehmu lantang kilat menggelegar di telingamu Tak terjamah lagi kah jelas langkah kaki ku bagimu Aku dan perasaan ku saat ini masih di sini, tepat di hadapanmu Memang aku akui untuk kesekian kali nya mimpi – mimpi itu kembali hadir dan menyakiti ku Bimbang atau bahkan gelisah, mana kata yang harus ku ucapkan dahulu Keresahan yang sengaja ku bumbui drama cinta Adalah sebagai isyarat rasa yang diam dan mengakar di benakku Cintakah ini, patah hatikah aku? Selalu saja aku merasa tak baik Aroma wewangianmu masih terikat jelas di sela – sela bulu hidungku Tak seberapa mahal, namun tak kusangka mampu membuat ku menjerit   - jerit Kau dan buih – buih rinduku seakan merasuk ke dalam syairku menikmati malam gersang ku. Hening pagi ini. Hening pagi ini kembali mengigatkan ku bahwa kau adalah dara manis yang membuat ku terbelenggu

When you trust people (Rhyme)

Kini aku,   Kini aku belajar sesuatu, sesuatu dari yang paling sulit Sesuatu yang ku pelajari mengikuti alur pahit   Persis berdiri sama rata dengan seseorang tanpa kasta Senyum sahaja, jabat tangan berakhir petaka     Tak kusangka mereka kutu dalam sepatuku Merayap dan merasuk kuku – kuku ku   Berjalan mengikuti alur dunia ku, Diam, diam dalam kegelapan, dan perlahan membunuh ku     Kini jiwaku benar - benar terbujur kaku Terbelalak bola mataku, dan tak mampu lagi terdengar indah sanjungan mu   Semua mati, sungguh, namun tidak ingatanku Tak sedikit pun aku melupakan jiwa – jiwa yang membunuh ku

Top 5 Kesalahan Dalam Berkendara

Top 5 Kesalahan Dalam Berkendara Di zaman modern saat  ini k endaraan bukan lagi menjadi kebutuhan tersier dikalangan masyarak at, akan tetapi sudah bergeser menjadi kebutuhan pokok masyara kat. Selain memiliki bermacam – macam   fungsi yang sangat membantu bagi penggunanya, namun kendaraan juga bisa menjadi  salah satu ancaman bagi penggunanya sendiri. Di kutip dari Kompas.com, angka kecelakaan di Indonesia pada tahun 2014 mencapai angka 95.427 dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak   28.000. Terlepas dari angka – angka tersebut, kami ingin membagi beberapa kesalahan yang sering di lakukan saat berkendara. 1.       Penggunaan Helm/Pelindung Kepala Kebanyakan dari pengendar a mengabaikan penggunaan helm, helm adalah salah satu komponen penting yang mutlak dan wajib selalu dikenakkan saat berkendara. Keutamaan dari helm sendiri adalah untuk melindungi bagian kepala dari benturan, namun seperti yang kita ketahui bahwa banyak dari masyarakat mengabaikan penggunan helm de

The Night (Rhyme)

Malam,   Mengingat semua peristiwa hari ini Ranjang paku menjadi saksi Ku takut kan sesuatu akan terjadi saat aku tersadar Ku kikis mataku walaupun terasa terbakar Aku mengingat semua yang ingin ku lupakan Semua menjadi lebih menyakitkan saat semua yang ku ingat adalah penyesalan Aku mencoba membagi kata – kata ku Tak berdaya, lenyap sebelum aku mampu Aku ingin membagi perasaan ku kepadamu Perasaan yang tiada damai mengagumimu Rasa sakit yang tak mampu lagi aku tanggung Jurang dan jalan tiada ujung Kemanakah aku akan pergi Secarik kertas yang ku genggam saat ini Kemanakah langkah ini akan tertuju Saat ini benar – benar tiada tempat untukku Jalan, dan jalan seakan dunia terlalu besar Tak mampu lagi ku tahan perih mengakar

Love (Ryhme)

Cinta,   Seperti apa cintamu Aku mencintaimu seperti sebuah pertanyaan Tak jua terjawab meski ku tunggu Meragu tak mendasar menyilaukan Tak sempurnamu layaknya Tuan Putri Lembar demi lembar kau simpan seakan kau takut kehilangan Surat yang kau titipkan untuk jati diri Menunggu untuk sebuah senyuman Secarik kertas bertuliskan kebaikanmu Membara api melalap dosamu Bersemayam dendam di atas senyuman Apa daya, menyisakan perpisahan bersua kepedihan Keberanianku untuk mengadu Diamku seakan berjawab masih semu Masih, aku masih bertanya kepada hari itu Seperti apakah cintamu?

To Somebody (Rhyme)

Teruntuk seseorang, Dia tak percaya sedikitpun bahwa ada beribu-ribu jalan tuk hanyut Hanyut dalam gemerlapan cahaya yang sebenarnya cukup benderang Benderang menghiasi seluruh semesta, Selalu kubayangkan jika saja matahari terbit dari utara Selang waktu berganti akan terbenam di ujung selatan Namun, itu benar-benar mustahil bukan? Aku kaya, aku kaya karena logikaku bisa berputar melawan apa yang digariskan Tetapi sesungguhnya semesta diciptakan untuk memiskinkan kekayaanku Bak karang dihempas ombak lautan’ Aku benar-benar sedang merasa kecil saat ini Sudinya, seakan tak bernyawa pun kau mampu bayangkan Bayangkan kebisingan yang seakan menghentak jiwamu Aku bisa saja mengatakan bahwa hidup yang digariskan oleh Tuhan tidaklah cukup adil HIDUP, SAKIT, MATI untuk disiksa Sedikitnya kecemasan dalam jiwamu tetaplah berkerak di hatimu Jiwamu yang rapuh terintimidasi ancaman demi ancaman yang menanktukan Tergoyah hati ini untuk melebur, terisak tangism

Rhyme (Rhyme)

Puisi,  Berkecamuk derasnya tetesan hujan Duduk bersandar beratap alam Meleburku di tetesan waktu Tertiup angin bersama beku jiwaku Terbang bersama angan – angan Ingin ku teriakan kosa kataku ke lautan Memahami faham yang sekalipun tak ku mengerti Mengarungi alunan kekalahanku bersama melati Pikiran dangkalku seakan tak menyangkal Masa demi masa yang membuatku gusar Ku tinggalkan semua alasan di pundaku beralu Genggam aku untuk ketakutanku